Pandemi ini berjalan begitu panjang, tidak ada seorangpun dapat meramalkan secara pasti bahwa pandemi ini akan berakhir dalam beberapa bulan. Indonesia, yang dilanda pandemi ini sejak awal maret lalu tak ayal memberikan berbagai macam dampak pada kondisi sosio-ekonomi tak terkecuali para pelaku usaha kecil menengah dalam bidang pangan yang tak sedikit harus dengan berat hati menggulung lapaknya. Keadaan yang mengharuskan kita membatasi aktivitas fisik di luar rumah cukup memusingkan para pelaku usaha di bidang pangan, bagaimana tidak, produk yang harusnya dijual langsung (direct selling) sekarang harus ditarik dan disimpan baik-baik di dalam ruang pendingin.
Kondisi ini memaksa para pelaku usaha untuk memutar otak seribu keliling untuk mempertahankan bisnisnya. Tak sedikit yang memilih menjadi pedagang musiman dan melihat target pasar apa yang cocok untuk keberlangsungan hidupnya atau sekedar memenuhi kebutuhan perut waktu itu.
Salah satu bisnis yang kian menjamur hari ini adalah Frozen Food. Siapa yang tak tahu dengan Frozen Food ini, salah satu metode yang digunakan dalam pengawetan makanan dengan cara membekukan makanan agar mikroba-mikroba perusaknya bisa pingsan bahkan mati. Frozen food kini menjangkau segala jenis produk makanan, dari mulai komoditas pangan hewani seperti daging ayam, daging sapi yang sengaja dibekukan. Komoditas pangan nabati seperti sayur-sayuran yang sengaja dibekukan dan tak jarang kita lihat di supermarket. Hingga yang kekinian, frozen food ini merambah dalam produk-produk makanan cepat saji. Kita sering lihat bukan? Siomay, dimsum, produk olahan seafood seperti surimi, fish roll dan makanan lainnya, kini tersedia dalam bentuk beku.
Tapi pernahkah kita berpikir, ada peran teknologi apa dibalik metode pengawetan frozen food ini?
Teknologi frozen food ini merupakan salah satu metode pengawetan yang dipelajari dan dikembangkan oleh para teknolog pangan, yakni pengawetan dengan suhu rendah. Melewati prinsip pembekuan yang didasarkan pada pengambilan panas dari bahan hingga suhu produk di bawah titik bekunya, kemudian kandungan air itu akan berubah menjadi butiran kristal es. Perubahan kandungan air yang terdapat di dalam produk makanan tersebut dapat menyebabkan kerusakan sel pada mikroba, sehingga jika sel mikroba sudah rusak, maka kemungkinan besar mikroba-mikroba perusak makanan itu akan mati dan secara otomatis akan memperpanjang umur simpan produk makanan tertentu.
Oiya, Jurusan yang mendalami bidang ini adalah Jurusan Teknologi Pangan ini sedang naik daun, karena kebutuhan pangan untuk manusia terus berkembang, maka teknologi harus menyentuhnya untuk kemaslahatan bersama. Salah satu kampus dengan jurusan Teknologi Pangan yang baru adalah jurusan Teknologi Pangan Halal di Universitas Muhammadiyah Bandung, tidak hanya mempelajari ilmu teknologi pangan, tetapi juga ada materi tentang Kehalalan Pangan, guna menyongsong Indonesia dengan banyak produk halal. Jika kalian berminat, silakan cek websitenya, juga banyak info beasiswa untuk penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2020/2021: (PMB UMBandung)
Apakah dengan membuat semua produk makanan menjadi beku, akan merusak kandungan nutrisinya?
Hal ini tentu berhubungan dengan cara pembekuan makanan tersebut. Dalam teknologi pengawetan pangan dalam suhu rendah, terdapat dua cara untuk membekukan makanan, diantaranya adalah Quick Freezing dan Slow Freezing. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing terhadap produk akhir makanan beku.
- Quick freezing
Merupakan satu cara pembekuan dengan waktu yang relatif singkat, sehingga membentuk kristal-kristal es kecil sehingga tidak akan terjadi kerusakan pada sel makanan atau produk yang dibekukan. Selain itu, dari segi kenampakan, makanan yang dibekukan dengan cara Quick freezing ini tidak terlihat seperti dibekukan dan tentunya memiliki kualitas produk yang baik. Akan tetapi, kekurangan dari Quick freezing ini kurang efektif untuk membunuh mikroba, artinya, mikroba hanya dibuat pingsan, dan dengan perlakuan tertentu, mikroba akan kembali aktif. Maka dari itu, produk makanan dengan cara Quick freezing, diusahakan agar cepat diolah dan dikonsumsi.
- Slow Freezing
Sementara itu, Slow freezing atau pembekuan dengan waktu yang relatif lama akan membentuk kristal-kristal es yang besar sehingga akan terjadi penyusutan bahan pangan, bukan hanya kandungan airnya saja, tetapi kandungan nutrisi dari bahan pangan pun bisa jadi berkurang. Akan tetapi, cara ini cukup efektif untuk membunuh sel mikroba. Maka dari itu, produk makanan dengan cara Slow Freezing memiliki kenampakan yang kurang bagus, karena terjadinya penyusutan bahan pangan.
Jadi, begitulah kurang lebihnya teknologi yang ada dibalik maraknya Frozen Food, dengan pembekuan bahan pangan yang ditujukan untuk memperpanjang umur simpan, ini bisa jadi sangat menguntungkan, karena dengan memperpanjang umur simpan makanan, kita bisa mendistribusikan produk kita sejauh yang kita bisa jangkau. Karena pada masa ini, kita dituntut untuk lebih kreatif, maka pengaplikasian teknologi ini sudah banyak dilakukan. Sehingga roda perekonomian tetap berjalan dan kita senantiasa berharap semuanya akan kembali pulih seperti sedia kala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar