Halaman

NEW POST!

Publikasi Baru di Jurnal My Food Research

Senang sekali bisa berkesempatan untuk berkontribusi sebagai co-author bersama Ibu Putri Widyanti Harlina, S.Pt., M.Si., M.Eng., Ph.D. dan ...

Senin, 13 April 2020

MONOGAMI: 1


"Monos dan Gamos, pernikahan dengan hanya memiliki satu pasangan untuk seumur hidupnya. Dua kata, bersua, banyak makna"
Pagi buta ini aku terbangun, tepat sekali di depanku terdapat seorang perempuan dengan rambut panjang terurai, aku tersenyum melihatnya masih tenggelam dalam mimpi. Rasanya aku yang baru terbangun dari tidur malah baru memulai impian. Betul, karena bisa hidup bersama wanita yang dulu hanya ada dalam mimpiku. Aku masih tak percaya!

Lekas aku membasuh muka dan mulai untuk sembahyang, bermunajat dalam rangka bersyukur atas yang aku dapatkan selama ini, perusahan yang sudah ku rintis semenjak usiaku masih muda, anak-anak yang tumbuh dalam madrasah pertamanya, juga syukur atas segala titipan tuhan.

Usai sembahyang, aku menyambut wanita yang baru saja terbangun dari tidurnya, dia adalah Kanaya, wanita yang aku kagumi sejak duduk di bangku kuliah. Kita bertemu tidak sengaja dalam kegiatan kampus waktu itu.

"Selamat pagi sayang!" sambutku
"Kang udah bangun? Kok gak bangunin aku sih" sahutnya sambil terkantuk-kantuk
"Semalam kan kita baru pulang dari luar kota, akang pikir kamu lelah.."

Seraya ku peluk, ku persilahkan juga ia untuk sembahyang dan membangunkan anak-anak. Sementara itu, ku rapikan tempat tidur.

***
Aku dan Kanaya tinggal di tanah pasundan, tepatnya di daerah pesisian Bandung. Tidak jauh dari pusat kota, menjangkau juga daerah perkantoran tempat perusahaanku beralamat. Kami tinggal bersama, menikah sejak 10 tahun lalu, saat usia kami masih dua puluhan tahun. Kami dianugerahi dua anak kembar bernama Kawani dan Kanaka Setelah sebelumnya kami menjalin hubungan cinta saat kami masih duduk di bangku kuliah. Sungguh tak ku sangka, wanita yang dulu hanya sekadar ada dalam tiap doaku, kini ada dalam pelukku.

"Kang, mau sarapan apa?"
"Apa saja, yang penting kita sarapan.."

Akhirnya Kanaya membeli nasi kuning langganan kami yang selalu melewati mengelilingi komplek. Makanlah kami berdua seraya berbincang. Tak terasa sudah ku habiskan satu bungkus nasi kuning. Lalu berangkatlah aku menuju kantor perusahaanku.

"Sayang, akang berangkat dulu ya!" Seraya ku kecup keningnya
"Iya kang hati-hati ya, aku tunggu di rumah.." ia meraih tanganku dan menciumnya.

***
Dalam perjalanan kurang lebih 15 kilometer menuju kantor perusahaanku, tentu jarak yang cukup jauh untuk ukuran dalam kota, dengan macet dan hiruk pikuk perkotaan. Setelah masuk tol dalam kota, aku pacu sedikit mobilku hingga agak cepat. Tak lama kemudian ada mobil yang memelankan laju nya secara tiba-tiba, aku yang masih bisa mengemudikan mobilku, membantingkannya ke arah kanan dan..

*Brakkk...* sejak saat itu aku tak ingat, setauku aku menabrak pembatas jalan, dan mobilku dipenuhi dengan air bag, yang terlintas di fikiranku hanyalah Kanaya, Kawani dan Kanaka. Aku tak bisa meraskan badanku. Ada apa denganku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar